Banua Dayak

Tuah Jubata Ka' Talino

Suku Dayak Bukit


Urang Bukit/Suku Bukit atau Suku Dayak Bukit adalah suku asli yang mendiami pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan, karena itu suku ini belakangan lebih senang disebut Suku Dayak Meratus, daripada “Dayak Bukit” sudah terlanjur dimaknai sebagai “orang gunung”. Padahal menurut Hairus Salim dari kosa kata lokal di daerah tersebut istilah ‘bukit’ berarti bagian bawah dari suatu pohon’ yang juga bermakna ‘orang atau sekelompok orang atau rumpun keluarga yang pertama yang merupakan cikal bakal masyarakat lainnya’. Adapula yang menamakan sebagai Dayak Banjar, artinya Dayak yang berasal dari daerah Banjar yaitu Kalimantan Selatan.
Populasi suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan pada sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 35.838 jiwa, sebagian besar daripadanya terdapat di kabupaten Kota Baru yang berjumlah 14.508 jiwa.
Suku Bukit juga dinamakan Ukit, Buket, Bukat atau Bukut. Suku Bukit atau suku Dayak Bukit terdapat di beberapa kecamatan yang terletak di pegunungan Meratus pada kabupaten Banjar, kabupaten Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, kabupaten Tapin, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kota Baru.
Beberapa golongan Dayak Bukit yaitu

Rumpun Ot Danum

Menurut Cilik Riwut, Suku Dayak Bukit merupakan suku kekeluargaan yang termasuk golongan suku (kecil) Dayak Ngaju. Suku Dayak Ngaju merupakan salah satu dari 4 suku kecil bagian dari suku besar (rumpun) yang juga dinamakan Dayak Ngaju.

Mungkin adapula yang menamakan rumpun suku ini dengan nama rumpun Dayak Ot Danum. Penamaan ini juga dapat dipakai, sebab menurut Tjilik Riwut, suku Dayak Ngaju merupakan keturunan dari Dayak Ot Danum yang tinggal atau berasal dari hulu sungai-sungai yang terdapat di kawasan ini, tetapi sudah mengalami perubahan bahasa. Jadi suku Ot Danum merupakan induk suku, tetapi suku Dayak Ngaju merupakan suku yang dominan di kawasan ini.

Silsilah suku Bukit;
Suku Dayak (suku asal), terbagi 5 suku besar / rumpun:

  • Dayak Laut (Iban)
  • Dayak Darat
  • Dayak Apo Kayan / Kenyah-Bahau
  • Dayak Murut
  • Dayak Ngaju / Ot Danum, terbagi 4 suku kecil:
    • Dayak Maanyan
    • Dayak Lawangan
    • Dayak Dusun
    • Dayak Ngaju, terbagi beberapa suku kekeluargaan (sedatuk) :
      • Dayak Bukit
      • Dayak Bakumpai
      • Dayak Berangas
      • Dayak Mendawai
      • dan lain-lain

Menurut Alfani Daud, suku Dayak Bukit sebagaimana suku Banjar, nenek moyangnya juga berasal dari Sumatera dan sekitarnya ( daerah Melayu). Karena itu bahasa Bukit dinamakan sebagai “Bahasa Melayu Bukit” (Bukit Malay).

Budaya Bukit

Suku ini dapat digolongkan sebagai suku Dayak, karena mereka teguh memegang kepercayaan atau religi suku mereka. Akan tetapi religi suku ini, agak berbeda dengan suku Dayak di Kalimantan Tengah (Suku Dayak Ngaju), yang banyak menekankan ritual upacara kematian. Suku Dayak Bukit lebih menekankan upacara dalam kehidupan, seperti upacara pada proses penanaman padi atau panen, sebagaimana halnya dengan suku Kanayatn di Kalimantan Barat. Suku Dayak Bukit juga tidak mengenal tradisi ngayau yang ada zaman dahulu pada kebanyakan suku Dayak.

Upacara ritual suku Dayak Bukit, misalnya “Aruh Bawanang” yang disebut juga Aruh Ganal. Tarian ritual misalnya tari Babangsai untuk wanita dan tari Kanjar untuk pria. Suku Bukit tinggal dalam dalam rumah besar yang dinamakan balai.
Balai merupakan rumah adat untuk melaksanakan ritual pada religi suku mereka. Bentuk balai, “memusat” karena di tengah-tengah merupakan tempat altar atau panggung tempat meletakkan sesajen. Tiap balai dihuni oleh beberapa kepala keluarga, dengan posisi hunian mengelilingi altar upacara. Tiap keluarga memiliki dapur sendiri yang dinamakan umbun. Jadi bentuk balai ini, berbeda dengan rumah adat suku Dayak umumnya yang berbentuk panjang (Rumah Panjang).

Suku Dayak Bukit menganal tiga kelompok roh pemelihara kawasan pemukiman dan tempat tinggal yaitu :

  1. Siasia Banua
  2. Bubuhan Aing
  3. Kariau

Siasia Banua contohnya :

  1. Siasia Banua Kambat
  2. Siasia Banua Pantai Batung
  3. Siasia Banua Kambat
  4. dan sebagainya

Bubuhan Aing (= komunitas air) contohnya :

  1. Bubuhan Aing Muhara Indan
  2. Bubuhan Aing Danau Bacaramin
  3. Bubuhan Aing Maantas
  4. dan sebagainya

Kariau contohnya :

  1. Kariau Labuhan
  2. Kariau Padang Batung
  3. Kariau Mantuil
  4. dan sebagainya

Bahasa Melayu Bukit

Bahasa Dayak Bukit, menurut penelitian banyak kemiripan dengan dialek Bahasa Banjar Hulu. Ada pula yang menamakan bahasa Bukit sebagai “bahasa Banjar archais”. Bahasa Bukit termasuk Bahasa Melayu Lokal yang disebut Bahasa Melayu Bukit (bvu).
Perbandingan hubungan suku Bukit dengan suku Banjar, seperti hubungan suku Baduy dengan suku Banten. Suku Banjar dan suku Banten merupakan suku yang hampir seluruhnya memeluk Islam, sedangkan suku Bukit dan suku Baduy merupakan suku yang teguh mempertahankan religi sukunya.

Populasi Suku Bangsa Dayak Bukit

Populasi suku Dayak Bukit di Propinsi Kalimantan Selatan : 35.838 (BPS – sensus th. 2000)
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), populasi suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan berjumlah 35.838 jiwa, yang terdistribusi pada beberapa kabupaten dan kota, yaitu :

Referensi

  1. Istilah bukit sudah terdapat Hikayat Banjar (1663) merujuk kepada lokasi/penduduk pegunungan Meratus yang hidup terpisah dengan penduduk yang tinggal di sepanjang sungai. Hikayat Banjar: “Kemudian daripada itu raja itu menyuruh Aria Magatsari menundukkan batang Tabalung dan batang Balangan dan batang Petak serta bukitnya…………Sudah kemudian daripada itu maka maharja Negara-Dipa menitahkan Tumanggung Tatah Jiwa menundukkan batang Alai dan batang Hamandit serta bukitnya.”
  2. Dayak adalah istilah baru, yang dipakai oleh Inggris/Belanda untuk penduduk pedalaman Kalimantan, diduga berasal dari bahasa Jawa “ndayak”, yang berarti urakan/tidak berbudaya.

Sumber:  http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bukit

31 Agustus 2010 - Posted by | suku dayak

5 Komentar »

  1. Mbak SIti : pendapat anda benar, dan sebenar nya suku bukit tidak serumpun dengan ngaju atau apalah nama nya .
    Sejarah2 yg di buat orang dayak, itu cuman di ada2kan aja, tidak sesuai fakta. memasukan suku bukit sebagai rumpunan mereka, ..
    Mungkin mereka orang2 kal-teng menginginkan pencitraan kali ya ..

    Komentar oleh Rahim | 18 Februari 2014 | Balas

  2. Nah loh, bisa2 nya si tjilik kriwut mengklaim bahwa suku bukit masuk dalam rumpun ngaju,
    Suku bukit sebenarnya ya banjar juga,,,
    Seperti nya memang ada yg sengaja ingin mengubah2 sejarah serta pengapusan identitas orang banjar,
    hmm

    Komentar oleh Rahim | 18 Februari 2014 | Balas

  3. saya mau bertanya berdasarkan apa anda berani bilang bahwa balai adalah rumah adat orang ayak khsusunya dayak maratus,..?????????, serta hasil observasi kapan yang anda gunakan dalam menulis di blog ini….??????, perlu anda ketahui bahwa suku bukit yang anda maksud atau suku daya maratus yang anda sebutkan dalam tulisan blog anda sudah beragama sejak dahulu jadi jangan biasakan anda menulis bahwa orand dayak atau suku bukit itu hanya ada kepercayaan….sebelum terjadinya penghapusan agama di kalimantan selatan pada khsusunya serta di tanah borneo pada umumnya masyarakat dayak atau suku bukit adalah masyarakat yang paling terkemuka di tanah banjar tapi setalaj terjadinya tragedi itu yang menimbulkan masyarakat dayak tinggal di daerah pedalaman…….tlong dcek lagi hasil penelitian dan buku yang anda baca itu.

    Komentar oleh iwan | 18 Januari 2011 | Balas

  4. Dayak Bukit kemungkinan adalah suku Melayu yang mendiami P. Kalimantan Selatan lebih awal dibandingkan suku Melayu di daerah Banjarmasin, dan sekitarnya. Berdasarkan teori Nothofer (linguis Belanda) persebaran suku Melayu di Kalsel, bisa merupakan tahap 1, yang tersisa sampai sekarang dayak Bukit, terlihat dari bahasa Melayu Klasiknya. Persebaran ini sejaman dengan yang ada di Malaysia. Tahap II persebaran bahasa Melayu ke arah Sumatra, Palembang, meninggalkan bahasa Melayu Kuno di Prasasti2.Dari Persebaran ini sebagian berbelok ke Kalimantan Selatan.Pantas saja, tidak banyak peninggalan Sriwijaya di Kalsel, karena mereka hanya sebagai imigran dari Kalsel.

    Komentar oleh Mbak SIti | 23 November 2010 | Balas

    • yang jelas ada persebaran dayak bukit di kalbar ke kalimantan selatan, hal ini terbukti dengan adanya peninggalan benda bersejarah dan beberapa keluarga yang mengakui bahwa mereka masih satu rumpun dan satu keluarga……makasih buat mba siti…..sungguh sangat membantu…

      Komentar oleh banuadayak | 23 November 2010 | Balas


Tinggalkan Balasan ke iwan Batalkan balasan